SKK Migas Mengejar Target Produksi Minyak 1 Juta Barel per Hari: Menyiasati Tantangan Menuju Net Zero Emission 2060

Pada era transisi energi bersih menuju Net Zero Emission 2060, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas) Indonesia tetap memprioritaskan peningkatan produksi minyak domestik agar mencapai target yang diinginkan. Meskipun tantangan transisi energi terus berkembang, SKK Migas menegaskan pentingnya mencapai target produksi 1 juta barel per hari untuk mengurangi ketergantungan pada impor.

Wakil Kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf menyoroti proyeksi kebutuhan minyak Indonesia pada tahun 2030 yang mencapai 2,27 juta barel per hari. Saat ini, tingkat produksi minyak dalam negeri masih di bawah 600 ribu barel per hari. Dalam konteks ini, Nanang mengungkapkan kekhawatiran bahwa tanpa peningkatan produksi, Indonesia akan sangat bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.

“Dewan energi nasional dalam perencanaan energi nasional ke depan, 2030 kebutuhan minyak kita itu adalah 2,27 juta barel (per hari). Jadi kalau kita tidak punya cita-cita, keinginan, ambisi, untuk bisa mencapai kembali produksi minyak di tahun 2030 minimal 1 juta (barel/hari),” ungkap Nanang.

Pentingnya peningkatan produksi minyak menjadi semakin jelas mengingat pertumbuhan ekonomi dan populasi yang terus meningkat. Nanang menekankan bahwa konsumsi energi, termasuk minyak dan gas, akan terus meningkat seiring pertumbuhan ekonomi dan populasi. Oleh karena itu, Nanang berpendapat bahwa Indonesia tidak dapat mengandalkan satu sumber energi saja.

“Dengan economic growth, dengan GDP yang naik, dengan populasi yang naik, otomatis (kebutuhan) energi juga naik dalam hal ini juga minyak dan gas. Nah Indonesia tidak mungkin mengandalkan salah satu sumber energi saja,” terang Nanang.

Namun, SKK Migas menyadari bahwa transisi ke energi bersih-terbarukan menjadi suatu keharusan. Oleh karena itu, Nanang mengusulkan pendekatan energy mix sebagai solusi terbaik untuk Indonesia. Dengan menggunakan sumber daya energi campuran, pemerintah dapat terus memenuhi kebutuhan energi nasional sambil mengurangi persentase penggunaan energi fosil.

“Maka porsi Indonesia adalah menggunakan energy mix. Memang di satu sisi presentasi kita akan turun (penggunaan energi migas) dari tahun ke tahun sejalan dengan komitmen negara kita untuk net zero emission di tahun 2060 atau lebih cepat,” pungkasnya. Dengan fokus pada produksi minyak yang lebih tinggi dan pendekatan energy mix, SKK Migas berupaya menghadapi tantangan energi masa depan sambil tetap berkomitmen pada perubahan menuju energi bersih.

Demikian informasi seputar upaya dalam mencapau target produksi minyak. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Wallpaper-nature.com.