Stabilisasi Harga Bawang Merah: Upaya Kolaboratif NFA untuk Kesejahteraan Petani
Dalam upaya untuk menjaga stabilitas harga bawang merah di seluruh rantai pasok, mulai dari produsen hingga konsumen akhir, Badan Pangan Nasional (NFA) telah mengambil langkah-langkah strategis. Salah satu langkah penting yang diambil adalah mendorong penyerapan produksi petani bawang merah dengan melibatkan peran strategis BUMN Pangan sebagai pihak yang membeli hasil panen petani. Selain itu, NFA juga menjalin kerjasama dengan asosiasi dan sektor swasta seperti Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) dan Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) guna menyerap hasil panen petani di berbagai wilayah.
Arief Prasetyo Adi, Kepala Badan Pangan Nasional, menjelaskan bahwa langkah-langkah ini menjadi kunci dalam melindungi para petani bawang merah dari risiko kerugian dan mempertahankan semangat mereka dalam berproduksi. Saat ini, harga bawang merah di tingkat petani, khususnya di Kabupaten Nganjuk, berada pada kisaran Rp11.000-13.000/kg.
“Kami bersama-sama berupaya agar hasil produksi para petani ini memiliki akses yang baik di pasar. Itulah sebabnya kami mendorong kerjasama antara BUMN Pangan, HIPMI, dan ABMI untuk berkomitmen dalam menyerap hasil panen bawang merah petani pada periode panen ini. Ini merupakan dukungan bagi petani agar mereka tidak mengalami kerugian, tetap produktif, dan menjaga stabilitas pasar,” ungkap Arief dalam pernyataan tertulis pada Selasa (29/08/2023).
Saat ini, harga bawang merah di tingkat petani Kabupaten Nganjuk berada di bawah Harga Acuan Pembelian (HAP) yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional, yaitu sekitar Rp18.500-20.000/kg sesuai dengan Peraturan Badan Pangan Nasional Nomor 11 Tahun 2022. Hal ini menunjukkan perlunya intervensi untuk menjaga pendapatan petani serta stabilitas harga di pasaran.
Dalam rangka menjawab arahan Presiden Joko Widodo untuk menjaga produktivitas dan pendapatan petani bawang merah, NFA akan terus memprioritaskan upaya Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) bawang merah, terutama di sentra-sentra produksi selama masa panen seperti saat ini.
Arief menjelaskan bahwa langkah penting lainnya adalah memastikan adanya offtaker yang siap membeli hasil panen petani, baik dari BUMN Pangan maupun sektor swasta. Ini bertujuan untuk memberikan kepastian pasar kepada petani, sehingga mereka tetap termotivasi untuk berproduksi.
Selain itu, mengingat sifat bawang merah sebagai komoditas pangan yang mudah rusak, penyediaan fasilitas cold storage yang memadai menjadi hal yang krusial. Fasilitas ini merupakan bagian dari rantai pasok pangan yang memerlukan sistem pendistribusian dingin, yang pada akhirnya dapat memperpanjang umur simpan produk pangan.
Arief mendorong agar hasil panen bawang merah dapat disimpan dalam fasilitas cold storage guna memperkuat cadangan pangan. Hal ini bertujuan untuk menjaga pasokan dan harga bawang merah, terutama di daerah-daerah yang mengalami defisit pasokan atau kelangkaan.
“Kami bersama-sama dengan BUMN, BUMD, dan pelaku bisnis mendorong penyerapan hasil panen petani bawang merah sesuai dengan HAP, untuk kemudian disimpan dalam cold storage dan reefer container yang telah kami sediakan. Setelah stok terpenuhi dan cadangan tersedia, kami akan mendorong ekspor,” tambahnya.
Arief menjelaskan bahwa ekspor bawang merah telah dan akan terus dilanjutkan oleh offtaker swasta dengan tujuan mengirimkan produk ke negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Sejak tahun 2022, NFA telah memfasilitasi infrastruktur logistik pangan dengan tingkat komponen dalam negeri (TKDN) mencapai 40%. Fasilitas tersebut mencakup cold storage, reefer container, air blast freezer, dan heat pump dryer yang tersebar di 9 provinsi sentra produksi. Upaya ini akan terus diperluas di 8 provinsi sentra konsumen.
NFA juga secara berkelanjutan mengumpulkan data mengenai jumlah dan lokasi gudang logistik serta cold storage yang dimiliki oleh BUMN dan sektor swasta. Hal ini akan mempermudah koordinasi dalam pendistribusian dan penyimpanan bahan pangan.
Program Fasilitasi Distribusi Pangan (FDP) juga menjadi fokus, dengan kerja sama antara NFA, BUMN, asosiasi, petani, dan pemerintah daerah. Tujuan dari program ini adalah menjaga harga komoditas agar tetap wajar di semua tingkatan. NFA juga memberikan subsidi untuk biaya transportasi dalam pelaksanaan program ini.
Melalui program FDP, biaya distribusi diganti sehingga harga di wilayah produsen dan konsumen menjadi seimbang. Langkah ini bertujuan untuk meningkatkan pasokan di wilayah yang mengalami defisit dan membuat harga pangan tetap terjangkau bagi masyarakat. Berdasarkan Prognosa Neraca Pangan Nasional, periode Januari hingga Desember 2023, produksi bawang merah diperkirakan mencapai 1,3 juta ton, dengan stok awal tahun 2022 sekitar 80 ribu ton. Kebutuhan tahunan bawang merah mencapai 1,2 juta ton, sehingga terdapat surplus sekitar 100 ribu ton. Dengan langkah-langkah strategis yang diambil oleh NFA, diharapkan stabilitas pasokan dan harga bawang merah dapat terjaga dengan baik.