Badai PHK Hantam Uber Usai Grab: Pemangkasan 200 Karyawan!
Uber Technologies, perusahaan penyedia aplikasi jasa transportasi online asal California, telah mengumumkan pemangkasan sebanyak 200 karyawan di divisi perekrutan. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk mengurangi biaya operasional perusahaan. Meskipun angka tersebut hanya mempengaruhi kurang dari 1% dari total tenaga kerja Uber secara global, yang mencapai 32.700 orang, dampaknya terasa signifikan. Menurut laporan dari Reuters pada Kamis (22/6), pemangkasan karyawan ini terutama berdampak pada tim perekrutan, dengan sekitar 35% dari tim tersebut terkena dampak PHK.
Ini bukan kali pertama Uber melakukan pemangkasan karyawan. Pada awal pandemi atau pertengahan tahun 2020, perusahaan ini juga melakukan pemutusan hubungan kerja sebesar 17%. Namun, jumlah pemangkasan Uber lebih kecil dibandingkan dengan pesaingnya, Lyft, yang juga melakukan pemangkasan serupa dalam beberapa bulan terakhir.
Lyft, di bawah kepemimpinan CEO baru David Risher, telah mem-PHK sekitar 26% dari total tenaga kerjanya pada bulan April dan sekitar 700 karyawan pada akhir tahun lalu. Lyft berusaha untuk melindungi margin keuntungan dan memperoleh pangsa pasar yang lebih besar dari pesaingnya, yaitu Uber.
Uber mengumumkan pada bulan Mei bahwa mereka berada di jalur yang tepat untuk mencapai profitabilitas pendapatan operasional tahun ini dan berencana mempertahankan jumlah tenaga kerja mereka tetap stabil setelah adanya penurunan berturut-turut pada kuartal pertama tahun 2023. Kabar pemangkasan karyawan Uber ini muncul setelah Grab Holdings, perusahaan serupa di bidang transportasi online, juga mengumumkan pemangkasan sebanyak 1.000 karyawan mereka. Jumlah tersebut mencakup 11% dari total karyawan mereka, menjadikannya pemangkasan terbesar sejak pandemi COVID-19 melanda.