Larangan Ekspor Bauksit Berjalan, tapi Kendala Hambat Pembangunan Smelter di Indonesia?
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru-baru ini mengungkapkan bahwa hanya empat dari 12 pabrik pemurnian (smelter) bauksit di Indonesia yang telah selesai dibangun. Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengingat Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah melarang ekspor bauksit sejak 10 Juni 2023.
Staf Khusus Menteri ESDM, Irwandy Arif, menjelaskan bahwa larangan ekspor bauksit sebenarnya telah diinformasikan kepada industri tiga tahun yang lalu. Pemberitahuan tersebut dilakukan melalui penerbitan Undang-Undang (UU) Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara. Dalam aturan tersebut, industri diberikan waktu tiga tahun untuk membangun smelter sebelum melarang ekspor bauksit.
Menurut Irwandy, dari 12 smelter yang direncanakan, hanya empat yang telah selesai dibangun, termasuk satu smelter yang memiliki dua line produksi. Sementara itu, delapan smelter lainnya masih memiliki kemajuan yang rendah dalam pembangunannya. Progres pembangunan smelter tersebut dilaporkan berkisar antara 33 hingga 60 persen.
Irwandy menilai kendala utama dalam pembangunan smelter adalah masalah pendanaan. Namun, dia juga mencurigai bahwa beberapa perusahaan mungkin tidak memiliki niat yang baik dalam mendukung hilirisasi. Dia berpendapat bahwa ada kemungkinan perusahaan-perusahaan tersebut berpikir, “Saya akan menjualnya saja jika smelter tidak berjalan, tidak apa-apa.” Namun, hal ini masih menjadi dugaan.
Di sisi lain, Irwandy mengklaim bahwa pembangunan smelter untuk industri nikel jauh lebih pesat. Saat ini, sudah ada lebih dari 100 smelter di Indonesia sejak pemerintah melarang ekspor bijih nikel. Lebih dari 100 smelter tersebut terutama berfokus pada industri besi dan baja, dengan produk seperti nickel pig iron (NPI) dan feronikel. Selain itu, terdapat empat smelter yang berfokus pada produksi baterai kendaraan listrik.
Irwandy juga menyebutkan bahwa hilirisasi komoditas tembaga juga mengalami perkembangan. Dia mengklaim bahwa ada tiga perusahaan yang sedang membangun smelter tembaga. Diantaranya adalah Freeport Indonesia, Amman Mineral, dan Merdeka Cooper. Dua smelter yang sudah berjalan adalah smelter milik PT Freeport di Gresik dan smelter PT Amman di Nusa Tenggara Barat. Meskipun terdapat kendala dalam pembangunan smelter, pemerintah terus mendorong industri untuk melakukan hilirisasi guna meningkatkan nilai tambah dan pengolahan di dalam negeri. Harapannya, dengan progres yang lebih baik dalam pembangunan smelter, Indonesia dapat memanfaatkan sumber daya alamnya secara optimal dan meningkatkan kemandirian industri dalam negeri.