Gairah Bisnis Properti di Bali Kembali Bangkit: Hotel dan Vila Laris Manis Setelah Ambruk Ketika Pandemi

Pasar bisnis properti di Bali mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah kondisi sepi akibat pandemi COVID-19. Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Bali melaporkan bahwa belasan hotel dan puluhan vila telah terjual di Pulau Dewata sepanjang tahun lalu. Mayoritas hotel yang terjual adalah hotel bintang tiga dengan harga rata-rata yang ditawarkan sebesar Rp50 miliar. Sementara itu, harga vila yang terjual berkisar antara Rp3,5 miliar hingga Rp7 miliar.

Kebanyakan pembeli hotel dan vila berasal dari pasar domestik, yang ingin memiliki properti di Bali. Michael Hikma Gunawan, Ketua Arebi Bali, mengatakan bahwa sejak dilonggarkannya Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), banyak hotel dan vila yang dijual oleh pemiliknya. Namun, Michael juga mengungkapkan bahwa beberapa bisnis properti hotel yang sebelumnya dijual, kemudian batal dijual, karena mulai ramainya wisatawan yang datang ke Bali.

Ada beberapa alasan mengapa pemilik hotel dan vila memutuskan untuk menjual propertinya, terutama pada tahun lalu. Salah satunya adalah kesulitan finansial akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan penurunan jumlah tamu yang datang dan tingkat hunian hotel yang rendah. Selain itu, banyak pemilik hotel yang memutuskan untuk melepas propertinya karena terbebani dengan biaya operasional yang tinggi, terutama ketika karyawan banyak yang di-PHK.

Namun, dengan adanya tanda-tanda pemulihan di pasar properti Bali, banyak pemilik hotel dan vila yang memilih untuk menunggu lebih lama sebelum menjual propertinya. Beberapa di antaranya memilih untuk menaikkan harga jual propertinya, mengingat permintaan yang mulai meningkat. Hal ini dapat menjadi kesempatan bagi investor untuk melirik bisnis properti di Bali dan menghasilkan keuntungan di masa depan.

Kondisi pasar bisnis properti Bali yang semakin membaik seiring dengan pulihnya sektor pariwisata, dapat menjadi sinyal positif bagi investor dan pelaku usaha yang bergerak di sektor properti. Namun, di sisi lain, hal ini juga menuntut pemilik properti untuk mempertahankan kualitas layanan dan fasilitas propertinya, guna memenuhi ekspektasi wisatawan yang semakin tinggi.