Pertamina Tingkatkan Performa Integrated Terminal Tanjung Uban, Tujuannya Apa?

Melalui anak usahanya PT Pertamina Energy Terminal (PET), Pertamina terus mengembangkan dan meningkatkan performa Integrated Terminal Tanjung Uban di Bintan, Kepulauan Riau. Upaya strategis ini bertujuan memperkuat distribusi bahan bakar minyak (BBM) dan LPG di Sumatera dan Kalimantan Barat, serta menjadikan terminal ini sebagai pusat perdagangan energi utama di Asia Tenggara.

Sejak pelaksanaan program pemindahan titik serah terima logistik dari luar negeri ke dalam negeri atau Supplier Head Stock (SHS) pada 2022, terminal ini telah menerima 13 kapal dengan kapasitas 483 juta barel.

Peningkatan ini berlanjut hingga akhir 2023 hingga Juli 2024, dengan penerimaan 18 kapal yang membawa 53 juta barel. Perkembangan ini menunjukkan kesiapan Terminal Tanjung Uban dalam mengelola volume kargo yang lebih besar dan kompleks.

Direktur Keuangan PT Pertamina International Shipping (PIS), Diah Kurniawati, menyatakan bahwa status terminal sebagai Pusat Logistik Berikat (PLB) memberikan keuntungan besar bagi Sub-Holding Integrated Marine Logistics (SH IML).

“Dengan fasilitas yang lebih baik dan posisi strategis, terminal ini menjadi daya tarik bagi pelanggan berskala global,” ujar Diah. Hal ini sejalan dengan strategi SH IML untuk mengembangkan pasar non-captive, memperluas jangkauan layanan, dan meningkatkan kapasitas operasional terminal.

Peningkatan yang dilakukan oleh PET selama beberapa tahun terakhir telah membuat Integrated Terminal Tanjung Uban ini memiliki throughput sebesar 8.715 KL/hari untuk BBM dan 2.693 MT/hari untuk LPG, dengan jumlah panggilan kapal mencapai 200 per bulan.

Rencana jangka panjang 2025-2028 adalah memaksimalkan terminal ini sebagai pusat perdagangan bagi konsumen lokal dan internasional dengan memanfaatkan fasilitas blending untuk produk gasoline. Fasilitas ini memungkinkan pengelolaan dua hingga tiga komponen dalam satu tangki, meningkatkan efisiensi dan fleksibilitas operasional.

Direktur Manajemen Risiko PIS, Muhamad Resa, menambahkan bahwa sebagai bagian dari mitigasi risiko, terminal ini telah dilengkapi dengan buffer zone sepanjang 1.675 meter yang memisahkan area operasional dengan pemukiman warga. Buffer zone seluas 205 hektar ini terdiri dari hutan dan rawa, yang berfungsi sebagai penyangga alami.

“Berbagai langkah keselamatan ini diterapkan mengingat peran vital Integrated Terminal Tanjung Uban sebagai penyangga ketahanan energi nasional,” kata Resa.

Selain itu, terminal ini juga dilengkapi dengan Lightning Protection System sebanyak 18 titik di seluruh area operasional untuk memastikan keamanan dan kelancaran kegiatan.

Dengan luas lebih dari 250 hektar, Integrated Terminal Tanjung Uban memiliki kapasitas penyimpanan sebesar 402.413 kiloliter (KL) untuk BBM dan 93.500 metric tons (MT) untuk LPG. Terminal ini dilengkapi dengan tujuh dermaga yang mampu menampung kapal-kapal berukuran antara 600 hingga 100.000 DWT, memungkinkan distribusi bahan bakar minyak dan LPG serta kargo lainnya dilakukan secara efisien dan efektif.

Integrated Terminal Tanjung Uban adalah salah satu dari enam terminal energi strategis yang dikelola oleh PIS melalui PET. Terminal lainnya meliputi Terminal LPG Refrigerated Tanjung Sekong (Banten), Fuel Terminal Pulau Sambu (Kepulauan Riau), Fuel Terminal Kotabaru (Kalimantan Selatan), Fuel Terminal Baubau (Sulawesi Tenggara), dan Terminal LPG Refrigerated Tuban (Jawa Timur).