Pembatasan Ekspor Batu Bara: Ancaman Bagi Harga dan Kebutuhan Dunia?

Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral), Bahlil Lahadalia mengungkapkan kemungkinan penerapan pembatasan ekspor batu bara jika tekanan harga terus berlanjut. Indonesia sebagai salah satu negara penyedia utama batu bara dunia, berperan besar dalam memenuhi kebutuhan energi global.

Namun, pemerintah tidak segan-segan untuk memperketat regulasi ekspor apabila harga batu bara dunia terus mengalami penurunan.

Bahlil menyatakan bahwa meskipun Indonesia merupakan pemain besar dalam pasar batu bara global, pihaknya siap untuk mengambil langkah strategis jika situasi harga batu bara tidak menguntungkan.

“Kita membuat kebijakan untuk terjadi pengetatan ekspor, tapi sampai sekarang belum. Tetapi kalau harga ditekan terus, tidak menutup kemungkinan juga kita berpikir lain,” ungkapnya soal pembatasan ekspor batu bara dalam konferensi pers di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (3/2).

Pada tahun 2024, Indonesia tercatat mengekspor 555 juta ton batu bara. Angka ini menunjukkan tren peningkatan yang signifikan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, di mana pada 2020 hanya tercatat 405 juta ton, dan pada 2023 meningkat menjadi 518 juta ton.

Meskipun Indonesia menyuplai sekitar 30% hingga 35% dari total konsumsi batu bara dunia yang mencapai 8 miliar ton per tahun, Bahlil menekankan bahwa jika kondisi harga memburuk, pembatasan ekspor batu bara bisa menjadi solusi.

Stok batu bara domestik Indonesia pada 2024 mencapai 836 juta ton, melebihi target 710 juta ton, namun Bahlil juga mencatat adanya 48 juta ton yang belum digunakan. Pemerintah memprioritaskan pemanfaatan batu bara yang telah disalurkan untuk industri domestik dan ekspor untuk mendukung perekonomian nasional.

Demikian informasi seputar kebijakan pembatasan ekspor batu bara. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Wallpaper-Nature.Com.