Asal-usul Tari Gandrung, Seni Budaya Banyuwangi yang Ditolak FPI
FPI Kabupaten Banyuwangi menolak festival Gandrung Sewu. Festival tersebut direncanakan digelar di Pantai Boom Banyuwangi dan akan menampilkan ribuan penari. Festival ini sudah berlangsung sejak lama dan bertujuan untuk mengangkat nilai seni dan budaya yang ada di Banyuwangi. Selain itu, Festival Gandrung juga dapat menarik wisatawan baik dari lokal maupun luar negeri.
Kepala Dinas Kebudyaan dan Pariwisata Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramuda mengungkapkan bahwa pihaknya juga menghormati pihak-pihak yang melarang acara tersebut diadakan. Namun Yanuar juga menyebutkan bahwa festival atau tarian Gandrung Sewu tidak ada kemaksiatan. Tarian ini merupakan seni dan budaya masyarakat Banyuwangi yang sudah ada sejak zaman dulu.
Meski mendapat penolakan, Festival Gandrung Sewu tetap dilaksanakan karena selain menjunjung nilai-nilai budaya yang ada, festival ini bakal menarik minat dari wisatawan domestik dan mancanegara. Yanuar juga menambahkan bahwa tarian Gandrung sudah dikenal dan diakui dunia yang berasal dari Banyuwangi. Festival Gandrung yang berlangsung setiap tahun tentu dapat memperkenalkan Tari Gandrung kepada masyarakat luas.
Jika melihat asal-usul dari Tari Gandrung, tarian ini dipengaruhi budaya Bali semasa Kerajaan Blambangan. Kerajaan ini berdiri sejak abad ke-16 yang merupakan kerajaan Hindu terakhir yang ada di Pulau Jawa.
Menurut data yang ada di Kementerian Pendidikan dan Kebuayaan, Tari Gandrung merupakan khas Banyuwangi sebagai rasa syukur masyarakat setelah panen. Awalnya, tarian Gandrung sebagai bentuk rasa syukur terhadap Dewi Sri atau Dewi Padi. Kata Gandrung memiliki arti disenangai atau digandrungi, sehingga tarian ini sebagai simbol suka cita. Instrumen utama tarian ini adalah gamelan khas Osing atau gendang.
Saat agama Islam masuk ke wilayah Blambangan, penari Gandrung pria mulai hilang. Hal ini disebabkan karena dalam ajaran Islam, seorang pria tidak boleh menggunakan pakaian wanita. Saat ini tarian Gandrung dipentaskan oleh wanita dengan gerak gemulai dan mengenakan pakaian yang didominasi warna merah dan emas.
Tari Gandrung pernak dipentaskan di Istana Negara pada saat memperingati Sumpah Pemuda pda tahun 2016 dan Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi pada tahun 2017.