Pentaskan Tari Genjek Oleh Warga Binaan Pemasyarakatan Bangli

Sambut HUT ke 73 RI, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) siapkan pementasan Genjek di aula Rutan Kelas IIB Bangli, Sabtu (4/8) mendatang.

Pementasan Genjek ini merupakan hasil pembinaan di bidang kesenian. Rencananya pentas seni bisa digelar secara rutin.  Kepala Rutan Kelas IIB Bangli, Diding Alpian, mengatakan Bali sebagai tujuan wisata terkenal dengan keseniannya. Sehingga Rutan Kelas IIB Bangli mencoba mengembangkan seni di lingkungan rutan. “Kami memiliki kelompok seni yang dinamakan Warna Kresna Rubli. Kami mencoba berkreasi dengan mengangkat kearifan lokal,” ungkapnya, Kamis (26/7). Pembinaan seni ini baru diikuti 15 warga binaan.

Kesenian tradisioanal Bali memang sangat beragam, ada sebuah kreatifitas dan ide masyarakat tertentu yang didominasi oleh kaum laki-laki menciptakan tarian yang disebut Tari Genjek, tarian ini mulanya berkembang di daerah Karangasem, dan berkembang juga ke kabupaten lainnya di Bali. Tari ini sangat universal, menyesuaikan dengan suaana dan perkembangan terkini, tidak terpaku hanya satu berak dan ritme saja.

Tari ini berkembang dari kumpul-kumpul bersama sambil minum-minuman arak ataupun tuak, kawasan Timur Bali ini memang banyak menghasilkan tuak (nira) daerah tersebut terutama desa Culik, Merita, Tianyar, seraya dan Kubu, tempat ini dikatakan memiliki mutu paling baik, orang juga menyebut “metuakan”. Tari genjek ini sebenarnya lebih menonjolkan lagu atau gending kemudian diiringi oleh suara vokal pengiring yang menyerupai suara gamelan.

Megenjek ini layaknya joging di klub hiburan tradisional dengan nuansa pesta pora, tapi musik dalam tari genjek ini, mereka buat musik sendiri dari suara vokal (mulut) dan menikmati bersama, orang-orang bergabung saat tari genjek ini,mereka yang ikut bisa sambil menari, bergembira ria sambil menghilangkan segala kekalutan dan kerumitan pikiran, bagi sejumlah orang bisa menjadi refresh yang sempurna.

Dikatakan, latihan sudah berlangsung selama satu bulan. Pementasan Genjek akan dikalaborasikan dengan penari tua serta Hanoman. “Saat ini kami hanya mengandalkan pegawai yang memiliki kemampuan seni untuk melatih para napi,” ujarnya. Diding Alpian menginginkan pementasan seni bisa berkesinambungan. Ia berharap pada pementasan nanti ada atensi atau koreksi dari seniman dan tokoh masyarakat untuk bahan evaluasi dan support warga binaan. Sehingga ke depan mereka lebih mandiri. Kegiatan ini juga serangkaian memperingati HUT ke 73 RI.